Menu

Mode Gelap

Gaya Hidup Sehat

Tubektomi dan Vasektomi Efek Samping hingga Risiko Kesehatan

badge-check


Tubektomi dan Vasektomi Efek Samping hingga Risiko Kesehatan Perbesar

Matras News – Tubektomi dan vasektomi kerap dipilih sebagai metode kontrasepsi permanen oleh pasangan yang tidak ingin lagi memiliki anak.

Namun, di balik klaim efektivitasnya yang tinggi, kedua prosedur ini menyimpan sejumlah risiko kesehatan yang jarang diungkap.

Menurut dokter dan ahli endokrin memperingatkan potensi gangguan hormonal, peningkatan risiko penyakit tertentu, serta efek psikologis yang bisa muncul pascaoperasi.

Tubektomi: Bukan Hanya Soal Mandul

Tubektomi, atau pengikatan tuba falopi pada perempuan, sering dianggap sebagai solusi kontrasepsi tanpa efek berarti. Padahal, penelitian terbaru menunjukkan bahwa prosedur ini dapat memengaruhi keseimbangan hormon dan siklus menstruasi.

Meski indung telur tetap memproduksi hormon, gangguan aliran darah ke ovarium pasca-tubektomi bisa menyebabkan menopause dini atau nyeri panggul kronis.”

Selain itu, studi dalam Journal of Women’s Health (2023) menemukan bahwa perempuan yang menjalani tubektomi berisiko lebih tinggi mengalami endometriosis dan kista ovarium akibat perubahan dinamika cairan dalam sistem reproduksi.

Vasektomi: Bukan Tanpa Komplikasi

Sementara itu, vasektomi pemotongan saluran sperma pada laki-laki sering dianggap lebih aman. Namun, riset terbaru mengungkap bahwa 1 dari 10 pria mengalami sindrom nyeri pasca-vasektomi (PVPS), yaitu nyeri testis berkepanjangan yang sulit diobati.

Vasektomi juga meningkatkan risiko prostatitis (radang prostat) dan mungkin berkaitan dengan gangguan autoimun akibat reaksi tubuh terhadap sperma yang terjebak.

Efek Psikologis dan Penyesalan

Tak hanya dampak fisik, banyak pasien melaporkan penyesalan pascaoperasi, terutama jika terjadi perubahan dalam hubungan rumah tangga.

Data dari Kementerian Kesehatan (2024) menunjukkan bahwa 15% pasien vasektomi/tubektomi di Indonesia berusaha melakukan reversial (pembalikan prosedur), namun tingkat keberhasilannya hanya 30-40%.

Alternatif yang Lebih Aman

Ahli fertilitas menyarankan pasangan mempertimbangkan metode kontrasepsi jangka panjang non-permanen, seperti IUD atau implan hormon, sebelum memutuskan tindakan steril.

Konseling praoperasi sangat penting untuk memastikan pasangan benar-benar memahami risikonya.

Meski efektif mencegah kehamilan, tubektomi dan vasektomi bukan tanpa risiko. Edukasi menyeluruh dan pemahaman akan efek jangka panjang menjadi kunci sebelum mengambil keputusan permanen.

 

Baca Lainnya

Turunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi Program Pengampuan KIA Ditargetkan di Jabar

12 Juni 2025 - 00:28 WIB

Turunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi Program Pengampuan KIA Ditargetkan di Jabar

IIDI Semarang Bersama dr. Diana Novitasari Edukasi Masyarakat tentang Bahaya Penyakit Degeneratif dan Diabetes

9 Juni 2025 - 00:27 WIB

IIDI Semarang Bersama dr. Diana Novitasari Edukasi Masyarakat tentang Bahaya Penyakit Degeneratif dan Diabetes

Pemprov DKI Jakarta Siapkan BPJS Kesehatan Hewan

9 Juni 2025 - 00:06 WIB

Pemprov DKI Jakarta Siapkan BPJS Kesehatan Hewan

Peletakan Batu Pertama Pembangunan Tower 3 Mayapada Hospital Jakarta

5 Juni 2025 - 02:39 WIB

Peletakan Batu Pertama Pembangunan Tower 3 Mayapada Hospital Jakarta

TBC Bukan Penyakit Menular Tidak Perlu di Vaksin

30 Mei 2025 - 00:05 WIB

TBC Bukan Penyakit Menular Tidak Perlu di Vaksin
Trending di Gaya Hidup Sehat