Matras News, Jakarta – Melalui Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024, menjelaskan telah mencabut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Bahwa, Pramuka tidak lagi jadi ekskul wajib di sekolah
Keputusan ini diumumkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim mengubah aturan ekstrakurikuler Pramuka.
Dalam keputusan tersebut, Irjen Pol Krishna Murti angkat bicara. Dilansir dalam akun Instagram pribadinya @krishnamurti_bd91 mengemukakan.
“Yth Siapapun para pengambil kebijakan: Pengalaman hidup saya, salah satu momen pembangunan karakter terbaik dalam hidup saya adalah saat saya bergabung jadi Pramuka. Dari SD, SMP SMA hingga Akpol, saya belajar kepramukaan.
Di Pramuka, saya belajar disiplin, belajar kerjasama, belajar penghormatan. Dan yg terpenting saya juga belajar kegembiraan. Jaman itu, adalah jaman dimana game elektronik belum menyebar massive.
Jaman itu adalah jaman ketika media sosial belum sedahsyat sekarang. Jaman itu adalah jaman kami disibukkan dalam permainan kegembiraan sehingga tidak sempat untuk nongkrong2, tidak tertarik untuk tawuran, dan lebih memilih menggunakan waktu luang untuk lelah dg kegiatan ketrampilan.
Kalau pramuka tidak wajib, artinya suka rela. Anak2 itu tidak bisa diajak sukarela, mereka akan lebih rela menghabiskan waktunya utk ber tiktok ria drpd belajar.
Hidup itu kadang butuh dipaksa, spt kita belajar Shalat waktu kecil, butuh paksaan dari orang tua dan pada waktunya kita sadar bahwa shalat adalah kewajiban.
Disiplin juga butuh paksaan.
Belajar juga butuh paksaan.
Kadang2 tidur cepat dimalam hari juga butuh paksaan.
Tukang Ojol, kalau belajar pramuka juga akan tau artinya ngantri, tau artinya tidak melawan arus, tau nunggu lampu merah baru jalan, tau tata krama di jalan.
Cobain deh bapak ikut pramuka seminggu aja, awalnya mungkin gak suka, setelah itu bapak tau manfaatnya.
Ya namanya juga masukan, ini bukan paksaan.
Kesimpulan saya (bukan kesimpulan orang lain): Pramuka bagus untuk jd ekskul wajib, bahkan bila perlu ada anggaran untuk melatih kakak kakak pembina baru, ada anggaran untuk bikin jambore daerah tingkat kecamatam, kabupaten/ kota, tingkat provinsi dan tingkat nasional. Wong Jambore tingkat dunia aja ada.
Eh satu lagi pak, eskkul olahraga juga harus ada. Khan kita mau mencetak generasi gesit, bukan generasi mager (sambil pegang gadget trus klak klik pesan makan lewat aplikasi)
Jangan biarkan Pramuka mati karena kesalahan keputusan politik. Sedih urang.