Matras News, Jakarta – Penjualan kendaraan listrik (EV) di Indonesia melesat 43,4% secara tahunan pada kuartal pertama 2025, menandakan percepatan transisi energi di Tanah Air.

Data terbaru dari PricewaterhouseCoopers (PwC) dalam Electric Vehicle Sales Review Q1 2025 mencatat, total penjualan EV termasuk BEV (battery electric vehicle), PHEV (plug-in hybrid), dan hybrid mencapai 27.616 unit, naik dari 19.260 unit pada periode yang sama tahun lalu.
Lonjakan ini terutama didorong oleh kenaikan penjualan BEV sebesar 152,5% dan PHEV sebesar 44,8%. Pasar global juga menunjukkan tren serupa, dengan pertumbuhan BEV mencapai 42% dan pangsa pasar tertinggi sepanjang sejarah di Q1 2025 (16%), dipimpin oleh Tiongkok yang menyumbang 60% penjualan dunia.
Lukmanul Arsyad, Industry and Services Leader PwC Indonesia, menyebut momentum positif ini didukung kebijakan pemerintah, seperti pembebasan PPnBM 100% untuk EV hingga akhir 2025 dan perpanjangan insentif PPN.
“Indonesia tak hanya fokus pada pasar EV, tapi juga membangun rantai pasok berbasis nikel. Targetnya, menjadi produsen baterai terbesar ketiga dunia pada 2027 dan memproduksi 600.000 EV domestik pada 2030,” ujarnya.
Bahkan, Edy Junaedi, Deputi BKPM, menegaskan ambisi lebih besar: masuk 5 besar produsen baterai EV global pada 2040. “Kita tak mau hanya ekspor nikel mentah, tapi jadi pemain utama industri bernilai tinggi, termasuk baterai dan stainless steel,” tegasnya.
Meski EV tumbuh pesat, pasar otomotif konvensional Indonesia masih tertekan akibat kenaikan PPN jadi 12%, suku bunga tinggi, dan ketidakpastian ekonomi. Namun, pangsa EV terus naik dari 9% (2023) menjadi 15% (2024) dan diproyeksikan capai 29% pada 2030.
Faktor pendorongnya antara lain investasi asing, infrastruktur pengisian daya, dan kebijakan pajak yang mendukung. “EV adalah masa depan, dan Indonesia siap jadi pemain kunci,” pungkas Lukmanul.
Analisis pasar dan proyeksi, Tiongkok masih dominan dengan pertumbuhan BEV 55% di Q1 2025. PHEV jadi pilihan transisi di Indonesia, tumbuh 44,8%. Target 2 juta BEV di jalanan Indonesia pada 2030 semakin realistis.
Dengan strategi hilirisasi nikel dan investasi besar-besaran, Indonesia berpotensi menggeser peta persaingan EV global tak sekadar pasar, tapi juga raksasa baterai dunia.