MatrasNews – Di tengah perubahan zaman yang begitu cepat, dunia pertanian menghadapi tantangan berat. Cuaca ekstrem, biaya produksi melambung, kelangkaan tenaga kerja, dan penyusutan lahan pertanian memaksa petani mencari solusi inovatif untuk memastikan ketahanan pangan.

Teknologi pertanian modern seperti sensor tanah, drone, dan aplikasi pintar menawarkan harapan, namun adopsinya masih terkendala oleh kesenjangan pengetahuan dan akses.
Perubahan iklim telah mengacaukan pola tanam, sementara kenaikan harga pupuk dan benih semakin membebani petani kecil. “Dulu, kami bisa memprediksi musim dengan pasti. Sekarang, hujan dan kemarau sulit ditebak,” keluh Suryadi, petani asal Jawa Barat. Selain itu, generasi muda enggan terjun ke sektor pertanian, membuat regenerasi tenaga kerja terhambat.
Inovasi seperti drone pemantau tanaman, sensor kelembaban tanah, dan aplikasi prediksi cuaca sebenarnya mampu meningkatkan efisiensi. Namun, banyak petani masih ragu karena anggapan bahwa alat ini rumit dan mahal.
Bahwa sensor tanah bisa memberitahu kapan tanaman perlu disiram, atau drone membantu memantau hama tanpa harus berkeliling sawah.
- Edukasi dengan Bahasa Sederhana
- Agar teknologi bisa diterima, sosialisasi harus dilakukan melalui:
- Workshop lapangan dengan demo langsung.
- Video tutorial berbahasa daerah.
- Penyuluhan menggunakan istilah praktis, bukan teknis.
Contohnya, alih-alih mengatakan “aplikasi berbasis IoT,” lebih efektif menyampaikan, “Aplikasi ini memberi tahu waktu terbaik untuk menanam atau memupuk.”
Beberapa startup lokal seperti eFishery dan TaniHub sudah mulai membawa teknologi ke tingkat petani. Namun, dukungan pemerintah lewat subsidi pelatihan dan akses pembiayaan tetap dibutuhkan.
“Kami berkomitmen mendorong smart farming melalui program Desa Digital,” ujar Direktur Jenderal Pertanian Kementerian Pertanian, Suwandi.
Dengan pendekatan yang tepat, teknologi bukan hanya untuk petani besar, tetapi juga bisa dimanfaatkan oleh petani kecil.
Jika edukasi dan akses diperluas, langkah ini bisa menjadi titik balik menuju pertanian Indonesia yang lebih efisien dan berkelanjutan.