MatrasNews, Jakarta – Universitas Paramadina berhasil menyelenggarakan International Conference on Democracy, Prosperity, Sustainability, and Peace: Problems and Prospects di Kampus Cipayung, Jakarta Timur.
Konferensi dua hari itu menghimpun akademisi, praktisi, dan pemangku kebijakan dari dalam dan luar negeri untuk mendiskusikan tantangan global serta merumuskan sejumlah solusi.
Dalam sambutan pembukaannya, Rektor Universitas Paramadina, Prof. Didik J. Rachbini, menegaskan bahwa forum ini bukan sekadar diskusi akademik, melainkan juga upaya nyata mencari solusi menghadapi persoalan global.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas negara dan disiplin ilmu untuk mewujudkan masa depan yang demokratis, makmur, berkelanjutan, dan damai.
Sementara itu, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Paramadina, Dr. Sunaryo, menyatakan konferensi ini menjadi bukti kontribusi nyata perguruan tinggi dalam menjawab tantangan global. “Kami ingin menghadirkan ruang dialog yang serius, tetapi juga penuh harapan,” ujarnya.
Konferensi menghadirkan sejumlah pakar ternama, di antaranya:
- Prof. Dr. Iin Mayasari (Universitas Paramadina)
- Prof. Benjamin Gregg (University of Texas, AS)
- Greg Barton (Deakin University, Australia)
- Mayjen TNI Dr. Oktaheroe Ramsi (Universitas Pertahanan RI)
Prof. Susmita Sen Gupta (North-Eastern Hill University, India)
Pembahasan berlanjut dalam tujuh sesi paralel yang mendalami isu demokrasi, keadilan, dan pembangunan berkelanjutan.
Hari kedua konferensi diisi dengan diskusi bertema “Democracy and Decolonizing Theories” serta peluncuran buku kawasan Asia Pasifik.
Konferensi internasional ini disponsori oleh Bank Central Asia (BCA), Universitas Pertahanan RI, dan Bursa Efek Indonesia.
Kegiatan ini menegaskan peran Universitas Paramadina sebagai pusat pemikiran kritis dan dialog strategis, sekaligus menunjukkan komitmen akademisi Indonesia dalam berkontribusi pada perdebatan global.