MatrasNews, Jakarta – Kawasan Asia dan Pasifik kini menjadi episentrum dinamika geopolitik dan geoekonomi global. Menyikapi kompleksitas tersebut, Universitas Paramadina menyelenggarakan General Lecture yang membedah peluang dan tantangan bagi Indonesia, Kamis (2/10).
Dalam paparannya, Guru Besar HI Universitas Pelita Harapan, Prof. Aleksius Jemadu, menegaskan bahwa Indonesia menghadapi kombinasi ketidakpastian global dan gejolak geopolitik. Ia menekankan bahwa keikutsertaan Indonesia dalam BRICS tidak berarti meninggalkan ASEAN.
“Indonesia akan tetap menjaga ASEAN sebagai jangkar kebijakan luar negeri, namun di saat yang sama juga memperluas jejaring dengan kekuatan besar lainnya,” ujar Prof. Aleksius.
Lebih lanjut, ia menyoroti pergeseran sistem perdagangan global dari rule-based ke deal-based yang menuntut Indonesia memperkuat posisi tawar. Data Lowy Institute (2024) menunjukkan dominasi Tiongkok sebagai mitra dagang terbesar Indonesia (24% impor), sementara AS berada di 6,9%. “Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan strategi keseimbangan agar dapat memanfaatkan peluang dari keduanya,” jelasnya.
Dari perspektif keamanan, Guru Besar Universitas Pertahanan RI, Prof. Anak Agung Banyu Perwita, menyoroti persaingan kekuatan besar di Asia Pasifik. Ia menilai peningkatan belanja militer dan ketegangan di Laut Tiongkok Selatan berkaitan erat dengan perebutan sumber daya strategis.
“Dalam kerangka realisme, kerja sama internasional kerap dianggap semu karena persoalan kepercayaan. Amerika Serikat dan Tiongkok tidak pernah sepenuhnya percaya satu sama lain,” papar Prof. Banyu. Ia menambahkan, inisiatif Belt and Road Initiative (BRI) Tiongkok merupakan bagian dari strategi besar memenangkan persaingan tersebut.
Acara yang merupakan bagian dari International Conference kerjasama Universitas Paramadina dan Universitas Pertahanan RI ini ditutup dengan peluncuran buku “Pengantar Studi Hubungan Bilateral Tiongkok dengan Negara-Negara di Asia dan Pasifik” karya Paramadina Asia and Pacific Institute (PAPI).
Kegiatan ini menggarisbawahi pentingnya diplomasi yang luwes dan kemandirian strategis bagi Indonesia di tengah lanskap kekuatan global yang terus berubah.