MatrasNews, Jakarta – Di tengah ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global, Indonesia mencatat terobosan besar dengan masuknya investasi senilai USD10 miliar di sektor energi dan logam strategis. Kolaborasi antara ACWA Power (Arab Saudi), Danantara Indonesia, dan Pertamina ini menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia semakin diperhitungkan dalam peta transformasi energi dunia.
Proyek ini mencakup tiga inisiatif strategis:
- Pembangkit gas-to-power rendah emisi
- Produksi green hydrogen
- Fasilitas desalinasi berbasis energi terbarukan
“Investasi ini bukan sekadar proyek energi, melainkan momentum baru posisi tawar Indonesia di peta global,” tegas Fakhrul Fulvian, Direktur Insight Kadin Indonesia Institute pada, Selasa 15 Juli 2025.
Berbeda dengan tren global yang melemah, Indonesia justru menjadi magnet investasi sektor strategis. Perusahaan EPC global berebut proyek LNG di Indonesia Timur, sementara investor Tiongkok memperkuat rantai pasok aluminium nasional.
Namun, Kadin memperingatkan agar investasi ini tidak sekadar “lewat”, melainkan harus memberi manfaat jangka panjang. Tiga rekomendasi kunci yang disampaikan:
- Peta jalan investasi sektoral dengan regulasi jelas terkait kepemilikan asing dan transfer teknologi.
- Kelembagaan hilirisasi terpadu untuk integrasi sektor energi dan logam.
- Ekosistem pembiayaan inovatif seperti green bonds dan co-investment publik-swasta.
Dengan sumber daya melimpah dan stabilitas makro, Indonesia berada di posisi ideal untuk menjadi pemain utama energi bersih dan logam strategis. Namun, peluang ini bisa tertutup tanpa kecepatan eksekusi dan kebijakan progresif.
“USD10 miliar ini adalah panggilan untuk merancang ulang strategi industri nasional. Kita butuh terobosan struktural,” pungkas Fakhrul.
Kini, dunia menunggu langkah konkret Indonesia bukan lagi sebagai objek investasi, tapi sebagai aktor kunci ekonomi baru global.
