Advertisement Section
Header AD Image
Mengungkap 68 Tahun Tokoh Dibalik Pertamina

Mengungkap 68 Tahun Tokoh Dibalik Pertamina

Matras News, Jakarta – Sejarah Pertamina tidak terlepas dari nama: Ibnu Sutowo. Bermula ketika dia ditugaskan oleh: AH Nasution, untuk  memimpin Perusahaan Minyak.

“Jatuh dan bangunnya, Perusahaan Minyak”, tulisan Petrik Matanasi, yang pernah dimuat di Tirto.id 12 Januari 2001, dengan latar heroik perjuangan Prajurit Tentara (TNI-AD), yang bergerilya di Medan Perang di Sumatera Selatan.

Demi mendapatkan hasil yang maksimal, terkait akan dibangunnya Kilang Minyak di Palembang, maka Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Kolonel Abdul Haris (AH) Nasution, memberikan kepercayaan kepada Kolonel (TNI-AD) dokter Ibnu Sutowo sebagai Komandan Operasi Sadar.

Maksud pemberian tugas kepada Ibnu, seperti yang ditulis oleh Mara Karma, Dalam Ibnu Sutowo Mengembang Misi Revolusi: sebagai dokter, Tentara, Pejuang Minyak Bumi (2001), untuk mengembalikan normalisasi dikalangan pejabat militer, di TT II Sumatera Selatan, terutama untuk menyelamatkan kilang-kilang minyak, di Plaju dan Sei Gerong dari perbuatan sabotase”, (hlm:318).

Pada 10 Desember  1957, KSAD menunjuk Ibnu Sutowo sebagai Direktur Utama Perusahaan Tambang Minyak, sekaligus untuk menjaga stabilitas keamanan jalannya produksi minyak.

Semula perusahaan itu bernama: PT.Eksploitasi Tambang Sumatera Utara, kemudian diganti nama menjadi Perusahaan Minyak Nasional ( Permina).

Perusahaan tersebut belakangan “menjelma, menjadi perusahaan raksasa”. Dengan begitu, Ibnu Sutowo dalam sejarah tambang minyak di Indonesia, tercatat sebagai Direktur Utama yang pertama dari Badan Usahs Milik Negara (BUMN), kini bernama: PT.Pertamina (Persero).

Sejak 1955 Ibnu Sutowo menjadi Panglima TT II Sumatera Selatan, kini menjadi Kodam Sriwijaya.

Menurut Ibnu Sutowo, yang ditulis oleh: Petrik Matanasi ( Tirto id), persoalan tambang minyak, dan bagaimana mengelonya, kata Ibnu Sutowo, “Saya ini seorang dokter, dan Saya tidak tahu apa-apa tentang minyak, tapi Saya masih beruntung, punya kolega Seorang Militer yang ada di Sumatera Selatan.

Dia kata Ibnu, orangnya sangat paham tentang perminyakan, Aku Ibnu, Dalam Ibnu Sutowo: Pelopor sistem Bagi Hasil di bidang Perminyakan (1979: 160-red).

Kolega yang Saya maksud, kata Ibnu, pangkatnya lebih rendah pula, Dia adalah: Mayor Johanes Marcus Pattiasina (JM.Pattiasina).

Perihal tentang perminyakan, Ibnu mengatakan, Nyong Ambon yang satu ini, lebih berpengalaman ketimbang dirinya.

Maklum sedari zaman kolonial, ungkap Ibnu, JM.Pattiasina sudah bekerja di perusahaan minyak kolonial, Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM).

Keterangan lebih lanjut, dalam Oil and Politics in Indonesia 1945 to 1980 (1988:72) yang ditulis: Jeans Bush Aden, menyebut bahwa JM.Pattiasina tiba di Palembang pada 1933, niatNya bekerja di BPM Plaju.

Sementara dalam riwayat yang ditulis oleh, Anderson G.Bartlett, dengan judul, Dalam Pertamina: Indonesia National Oil (1972-red), menjelaskan, bahwa JM Pattiasina bekerja sebagai staf teknis, mengkhususkan diri pada perawatan kilang, dan operasi di Kilang Plaju.

Anderson juga menulis, bahwa JM. Pattiasina sangat mencurahkan waktu untuk mengembangkan Sekolah Teknisi Kilang, karena JM.Pattiasina adalah, salah satu Teknisi Senior Indonesia di BPM-Shell, berkedudukan di Sumatera Selatan.

Menurut Ibnu Sutowo, dalam memoarNya yang dituturkan kepada Ramadhan KH, berjudul: Saatnya Saya Bercerita (2008), bahwa Pattiasina  adalah satu diantara segelintir manusia Indonesia, pada saat itu bekerja dibidang Perminyakan di Zaman Hindia Belanda.

Dalam memoarNya, Ibnu Sutowo sangat gamblang mengungkapkan, bahwa ketika balatentara Jepang mendarat di Palembang, JM.Pattiasina sempat menghindar ke Pulau Jawa, akibat kondisi Kilang Minyak di Sungai Gerong dan Plaju, hancur dan berantakan dibom oleh Jepang.

Namun berselang beberapa waktu kemudian, meski dalam kondisi tertekan, JM.Pattiasina melanjutkan pekerjaan, memperbaiki instalasi minyak hingga bisa berhasil, sekembalinya ke Palembang.

Matrasnews.com mengutip, Kepiawaian, Politik, dan Revolusi yang ditulis oleh: Sejarawan Mestika Zed, Palembang, 1900-1950 (2003: hlm 374), menyebutkan: bahwa JM.Pattiasina pernah mendapat latihan KeMiliteran ala Gyugun (tentara sukarela) di zaman pendudukan Jepang.

Kemudian dimasa Revolusi, JM.Pattiasina ikut Republik dan bergabung dalam,  laskar Pemuda Laskar Pemuda Sosialis Indonesia (Perindo).

Lebih lanjut, Ibnu mengatakan, bahwa Pattiasina termasuk Pemuda Republiken, turut serta dalam pelaku sejarah, sebagai Pendiri Perusahaan Minyak Republik Indonesia (Permiri), di Sumatera Selatan, pada awal-awal Proklamasi RI.

Perusahaan yang diprakarsai oleh: Dr.Moh.Isa, Permiri ini pertama kalinya didirikan di Kenten, Palembang pada 1945, kemudian disusul dengan berdirinya perusahaan yang sama di Prabumulih dan Jambi”, tulis Majalah Hankam Dharmasena (Vol: 16, Tahun 1991-red).

Menurut Jean Bush Aden, di Zaman Revolusi, Ibnu Sutowo sudah kenal baik  dengan JM.Pattiasina, yang saat itu menjabat sebagai Manajer Permiri.

Kemudian kedua Tokoh Militer ini mendirikan Firma Musi, untuk menjual karet dan minyak ke Singapore melalui Jambi (hlm: 83).

Ibnu Sutowo dalam bukunya, Saatnya Saya Bercerita, yang ditulis oleh: Petrik Matanasi, lebih lanjut, mengatakan, beberapa pekerja dibawah pimpinan JM.Pattiasina, dikerahkan dari Mangunjaya ke Jambi dalam usaha mengelola bahan bakar mentah, usaha itu terkait perlawanan atas blokade laut oleh Belanda pada 1947-1948 (baca: Agresi Belanda I -II -red).

Menurut Ibnu, pada 1949  JM.Pattissina ikut bergabung dalam Divisi Sriwijaya, di Sumatera Selatan.

Dimasa Revolusi, Tutur Ibnu Sutowo, yang ditulis Petrik Matanasi,  karena keahlianNya sebagai teknisi tambang minyak, dan pernah ikut latihan militer  dari Gyugun, maka dengan mudah Pattiasina diangkat sebagai Kapten

Kemudian Ibnu memberikan tugas teknisi minyak itu kepada Mayor JM.Pattiasina yang datang pada bulan April 1958 dengan satu Batalyon Tentara Divisi Sriwijaya untuk dikirimkan ke Sumatera-Utara, guna mengamankan Pangkalan Brandan dan Pangkalan Susu, Aku Ibnu, Dalam: Saatnya Saya Bercerita.

Sejak JM.Pattiasina diangkat menjadi Direktur Teknik dan Eksploitasi pada Mei 1958. Artinya bahwa pada saat itu, Indonesia sudah memiliki seorang ahli pertambangan minyak.

Dia adalah JM.Pattiasina, orang nomor satu soal teknik pertambangan minyak. Maka “dibalik riwayat ini”, jika dibandingkan dengan kondisi saat ini, mengapa Pemerintah Indonesia selalu mengandalkan tenaga asing, dimana kompetitornya tidak kalah jauh dengan kecerdasan Anak Bangsa sendiri.

JM Pattiasina, sebagaimana yang dituturkan, Ibnu Sutowo, adalah: satu-satunya Anak Bangsa yang bisa menyelamatkan kilang minyak di Sumatera, baik di Palembang, Plaju, Prabumulih, Sungai Gerong, Lahat Pendopo, Muara Enim, Mangunjaya, Jambi, Pangkalan Brandan, dan Pangkalan Susu, termasuk mendirikan  Sekolah Teknik Perminyakan bagi para pekerja di Sumatera Selatan.

Menurut catatan Mochtar Lubis, dalam tulisannya, berjudul: dalam tajuk – tajuk Mochtar Lubis, di Surat Kabar, Harian Indonesia Raya, dalam Sejarah Pertamina, Ibnu Sutowo merupakan, Direktur Utama terlama di Jajaran Pertamina, sejak 1968 hingga 1976, Ibnu, tulis Mochtar Lubis, Dia termasuk Jendral yang kaya raya.

Setelah dijabat Letnan Jendral Ibnu Sutowo (NRP: 14378), pada posisi Direktur Utama Pertamina, kemudian diisi Letnan Jendral Piet Harjono (NRP: 14895).

Sementara itu JM.Pattiasina, menurut catatan: Harsya Bachtiar, dengan tulisannya berjudul: Siapa Dia, Perwira Tinggi TNI-AD ( 1988), pernah jadi Atase Militer, Kedutaan Besar RI di Tokyo, dengan pangkat terakhir Brigadir jenderal.

Dengan begitu, perjuangan dan pengabdian JM.Pattiasina, kepada negara dan bangsa, terkhusus dibidang Pertambangan Industri Minyak Nasional.

Maka secara defacto dan dejure, Almarhum Brigjend (TNI-AD), JM Pattiasina telah mendapat apresiasi dari Negara dan Pemerintah Indonesia, dengan memberiNya beberapa tanda jasa.

Seperti: – Tanda Jasa Medali Sewindu, Angkatan Perang Republik Indonesia, pada 5 Oktober 1954, Ttd, An, Presiden RI Mr. Ali Sosroamidjoyo.

Satya Kentjana Sapta Marga, 8 Agustus 1958, Ttd, Juanda Mentri Pertahanan. Satya Kentjana Peristiwa Aksi Militer Pertama, tanggal 8 Agustus 1958, Ttd, Juanda Mentri Pertahanan.

Satya Lentjana Aksi Militer kedua 8 Agustus 1958, Juanda Mentri Pertahanan. Tanda Jasa Pahlawan dari Presiden, Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia, 10 November 1958, Ttd, Ir.Soekarno.

Gelar Kehormatan Veteran Pejuang Kemerdekaan RI, 5 Agustus 1981.Ttd, Laksamana TNI-AL Sudomo, Mentri Pertahan dan Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata RI.

Piagam, Tanda Penghargaan “Pelopor” dalam bidang: Pertambangan dan Gas Bumi, yang diberikan kepada Brigjend (TNI-AD), Johanes Marcus Pattiasina, Putra assl Maluku-Ambon, Anak Negeri Adat (Desa) Booi, sebagai Salah Seorang Perintis Perminyakan di Indonesia.

Khusus di awal permulaan perang kemerdekaan, JM.Pattiasina, adalah penggerak utama dan ikut bergerilya, dalam usaha mengambil alih, pembangunan kembali kilang minyak di seanteru Sumatera Selatan.

Menurut Riwayat PendidikanNya yang telah didokumentasikan oleh: Archipelago Solidarity Foundation, dengan Direkturnya, Dipl.Oek.Engelina Pattiasina, yang nota bene, Putri Kandung dari Almarhum,

JM Pattiasina, bahwa Strata Pendidikan yang pernah dicapai oleh: Ayahanda, Engelina, adalah sebagai berikut: – Pernah di Europ Legare School, berijazah 1926.

Middlebare Techn School 1930 berijazah. Electro Radiothn, 1935 berijazah. Ruw Olie School, University Of California jurusan Perminyakan pada 1964.

Iklan PopUp Harris Bekasi