MatrasNews, Jakarta – Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta terus memperkuat upaya pengendalian pencemaran udara melalui strategi lintas sektoral dan daerah, mengingat kualitas udara Jakarta masih kerap memburuk.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menegaskan bahwa penurunan kualitas udara tidak hanya dipengaruhi aktivitas lokal, tetapi juga kondisi meteorologi dan kontribusi emisi dari daerah penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur.
“Sumber pencemar berasal dari aktivitas manusia dan faktor cuaca seperti angin dan suhu. Karena itu, kolaborasi lintas wilayah sangat penting,” ujar Asep dalam keterangan tertulis pada, Selasa 15 Juli 2025.
Berdasarkan inventarisasi emisi, sektor transportasi dan industri masih menjadi penyumbang utama polusi udara. Pemprov DKI fokus pada pengendalian emisi melalui berbagai langkah seperti, Mendorong penggunaan transportasi umum massal, Mewajibkan uji emisi kendaraan, terutama kendaraan berat, Pengawasan ketat emisi industri berpotensi polusi, Pengembangan penghijauan, pengendalian pembakaran sampah, dan kajian Kawasan Rendah Emisi Terpadu (KRE-T).
Asep menekankan pentingnya perubahan perilaku masyarakat, seperti beralih ke berjalan kaki, bersepeda, atau transportasi umum. Selain itu, DKI Jakarta juga menggandeng daerah penyangga untuk bersama-sama menekan emisi, khususnya dari industri.
“Kami mendorong pemda sekitar untuk lebih ketat mengawasi industri di wilayahnya agar tidak mencemari udara yang berdampak ke Jakarta,” jelasnya.
Koordinasi dengan pemerintah pusat, termasuk Kementerian Lingkungan Hidup dan KemenDagri, serta keterlibatan mitra internasional, juga diperkuat untuk mendukung program pengendalian pencemaran udara secara kolaboratif.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan kualitas udara Jakarta dapat membaik secara berkelanjutan.




