Matrasnews.com – Sejumlah kelompok yang peduli atas kelestarian dan ekosistem Ciliwung meluncurkan kawasan ekowisata dan eduwisata di sepanjang sungai tersebut.
Kawasan ekowisata dan eduwisata di Ciliwung ini didukung dan dipelopori oleh Gerakan Ciliwung Bersih yang didukung oleh 36 Komunitas Peduli Ciliwung dan perusahaan.
Kawasan ekowisata dan eduwisata di Sungai Ciliwung tersebar di sepanjang aliran sungai, mulai dari Puncak, Bogor, Depok, Lenteng Agung, Pejaten, Condet dan Kantor Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) di Penjernihan hingga Jakarta Pusat.
“Seiring dengan mutu air Sungai Ciliwung yang mulai membaik hingga ke level 2, kami akhirnya memberanikan diri membuka ekowisata dan eduwisata di sepanjang Sungai Ciliwung,” kata Ketua Gerakan Ciliwung Bersih Peni Susanti pada Peringatan Hari Ciliwung di Penjernihan, Jakarta Pusat, Sabtu 13 November 2021.
Peni menjelaskan, dengan dibukanya ekowisata dan eduwisata di Sungai Ciliwung, masyarakat umum sampai pelajar dapat berwisata sambil mempelajari seluk-beluk, sejarah serta upaya pelestarian sungai sepanjang 120 kilometer tersebut.
Peni mengungkapkan bahwa saat GCB berdiri pada 1989, kualitas air Sungai Ciliwung pada saat itu sangat tercemar.
Dengan upaya dari Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) dan perusahaan, seperti seperti Indofood, Indonesia Power, PLN dan PAM Jaya, mutu air Sungai Ciliwung membaik dan mencapai tingkat dua atau sudah layak sebagai bahan baku air minum.
Sebagai tujuan ekowisata dan eduwisata, ada beberapa titik lokasi wisata yang bisa dikunjungi masyarakat.
Mulai dari Kantor Sekretariat GCB yang terletak di Jln Penjernihan, Karet Bivak, masyarakat bisa mempelajari sejarah Sungai Ciliwung di Galeri Sungai Ciliwung, mempelajari pemilahan dan pengolahan sampah sungai dengan TOSS (Teknologi Olah Sampah Sungai) melalui metode peyeumisasi, susur sungai, memanen hasil hidroponik ventikultur sambil menikmati kopi di kedai pinggir Sungai Ciliwung.
Ketua KPC Pejaten H Royani mengungkapkan, di Sekolah Sungai KPC Pejaten, masyarakat bisa melihat hewan purba endemik dan langka, yaitu Senggawangan atau bulus raksasa (Chitra Chitra javanensis) yang memiliki berat 300 kilogram (kg).
“Hewan ini ditemukan pada 11 November 2011. Tidak hanya itu para pengunjung juga dapat mempelajari budaya masyarakat sepanjang Sungai Ciliwung sekaligus menikmati makanan dan minuman khas Betawi seperti dodol dan bir pletok,” kata Royani.
Ketua KPC Lenteng Agung, Sarmili mengatakan, masyarakat dapat melakukan kegiatan susur Sungai Ciliwung dengan suasana taman sehingga para pengunjung dari titik awal hingga akhir dapat menikmati pemandangan taman-taman yang bagus dan indah.
“Mereka juga bisa belajar tentang kerajinan tangan dan berbagai produk inovatif seperti ‘eco print’ dan produk kreatif lainnya,” kata Sarmili.
(*)