Bermula dari perguruan pencak silat, Silibet berkembang menjadi ruang bersama pelestari budaya Betawi yang menampung beragam pengaruh etnis.
MATRASNEWS, JAKARTA – Sanggar Silibet sukses menyelenggarakan acara Gebyar Rumah Budaya Betawi, sebuah perhelatan yang menegaskan transformasinya dari sekadar perguruan silat menjadi perkumpulan seni, dan akhirnya menjelma menjadi Silibet Art Community, wadah kolaborasi luas bagi pelestari budaya Betawi.
Ramdani pendiri Sanggar Silibet memaparkan sejumlah kolaborator, seperti Kong Harun yang mengkhususkan pada musik keroncong melalui Sanggar Irama Jakarta, Lenong, hingga Sanggar Hadroh Nur Nabawi. “Perkembangan zaman bisa diikuti karena semangat kolaborasi ini,” tambah Ramdani.
Menurutnya, karakter kolaboratif ini berakar dari sejarah Betawi sendiri yang merupakan perpaduan berbagai etnis. “Betawi itu banyak sekali kolaborasi. Ada campuran Cina, Portugis, Belanda, Arab. Makanya lihat orang Betawi, ada yang matanya sipit, ada yang hidungnya mancung, ada yang melesek. Gabungan-gabungan itu sudah ada dari dulu,” paparnya, Sabtu (6/12/2025).
Ia mengilustrasikan dengan arsitektur rumah tradisional Betawi yang mendapat pengaruh bentuk rumah Bugis atau model rumah Kebaya. “Itu bukti sudah masuknya unsur-unsur kebudayaan dari daerah lainnya,” jelas Ramdani.
Saat ini, sejumlah kesenian yang dibina di Silibet telah masuk dalam warisan budaya tak benda. Ramdani berharap, hal ini bisa diikuti dengan perhatian lebih dari pemerintah setempat.
“Harapan saya, kami bersama para seniman di Silibet Art Community lebih diperhatikan agar bisa tampil, berkembang, dan menyalurkan bakat, baik di instansi pemerintah, swasta, maupun publik luas. Dengan dukungan itu, semangat pelestarian budaya tradisional Betawi akan semakin besar,” tuturnya.
Target ke depan, komunitas ini tak hanya ingin dikenal di kalangan masyarakat umum, tetapi juga masuk ke institusi pendidikan. “Kami ingin menyosialisasikan dan mengajukan ekstrakurikuler ke sekolah-sekolah, seperti pencak silat, tari, musik gambang kromong, keroncong, dan lain-lain,” ungkap Ramdani.
Baca Juga: Ramdani Pendiri Sanggar Silibet Jakarta: Budaya adalah Jantung Menjaga Adab Generasi Muda
Ia juga menyoroti daya tarik budaya Betawi yang inklusif. “Saya setuju, banyak orang luar yang logatnya jadi seperti orang Betawi. Itu karena orang Betawi dianggap nyablak, asyik diajak bicara, tidak berbelit. Di situlah bentuk kebersamaan itu,” pungkasnya.
Gebyar Rumah Budaya Betawi menjadi penanda bahwa pelestarian budaya justru maju dengan merangkul keberagaman dan membangun jejaring yang solid antar-komunitas, mencerminkan hakikat Betawi yang sesungguhnya.
Cek Berita lain di Google News

https://demo.pojoksoft.com/kibaran/wp-content/uploads/2024/01/230313-ayla2-160x600-v2.jpg





