Matrasnews.com – Pariwisata dunia sepanjang 2020 dan memasuki 2021 dibayangi kelesuan. Dampak pandemic Covid 19 sangat memukul usaha pariwisata sampai kepada titik terendah dalam sejarah pariwisata dunia termasuk Indonesia.
Sebagai garda terdepan dalam penanganan perjalanan para wisatawan mancanegara, Biro Perjalanan Wisata (BPW) pemain Inbound Tourism yang tergabung dalam IINTOA (Indonesia Inbound Tour Operators Association) tidak luput dari dampak yang sangat parah ini, khususnya ekonomi perusahaan yang berdampak pada kehidupan keluarga serta seluruh karyawan bersama keluarga mereka masing-masing. Sejak ditutupnya international border bagi wisatawan mancanegara yang ingin berwisata ke Indonesia sejak bulan April 2020 hingga sekarang berakibat kepada lumpuhnya BPW, tidak diijinkannya wisatawan mancanegara untuk berwisata di Indonesia mengakibatkan mati-surinya BPW bahkan sebagian sudah ada yang menutup usahanya.
Baca Juga : Hotel Ciputra Semarang Serahkan Tali Asih Untuk Anak Asuh
Secara menyeluruh, kondisi Biro Perjalanan Wisata terutama yang tergabung dalam IINTOA yang masih ‘hidup’, terus berupaya untuk bisa keluar dari situasi pandemic Covid 19 ini serta berusaha untuk survive agar tidak sampai menutup usahanya.
Sejumlah pernyataan (statements) yang disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memberikan harapan yang tinggi sebagai jalan keluar dari kesulitan ini. Kiranya statement keberlangsungan hidup usaha perjalanan wisata yang dilakoni oleh Biro Perjalanan Wisata anggota IINTOA tidak hanya menjadi perhatian Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tetapi juga menjadi perhatian serius dari Menteri-menteri yang lain seperti: Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (investasi pembangunan hotel-hotel dan fasilitas kepariwisataan di mana hotel2 dan faslitas itu nantinya mengharapkan wisatawan yang didatangkan oleh BPW), Menteri Koordinator Ekonomi (BPW melakukan kegiatan ekonomi secara luas), Menteri Keuangan (tempat lalu lintas keuangan dan pajak yang dibayarkan oleh BPW), Menteri BUMN (di mana usaha perhotelan, penerbangan, transportasi darat, dan lainnya juga menerima wisatawan yang didatangkan oleh BPW serta BPJS di mana seluruh karyawan dari seluruh perusahaan BPW membayar BPJS ketenagakerjaan dan Kesehatan), Menteri Kelautan (di mana kegiatan penyelaman, wisata menangkap ikan (fishing), sailing adalah bagian dari kegiatan BPW yang khusus melakukan aktivitas di laut) dan lain sebagainya.
Baca Juga : Program Kata Kreatif Menparekraf Kembangkan Potensi Ekraf di Lebak Banten
Upaya pemerintah yang mewajibkan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk melakukan vaksinasi dan menjalankan prokes yang ketat merupakan salah satu jalan untuk meredakan dan mengurangi dampak negative akibat pandemic Covid19 ini patut dihargai.
Jika semua DTW (Daerah Tujuan Wisata – BALI Beyond) sudah membaik keadaannya, IINTOA meyakini bahwa pemerintah akan segera membuka semua pintu ke Indonesia untuk masuknya kembali wisatawan mancanegara yang akan membawa angin segar dan keceriaan kembali bagi para BPW.
Masyarakat Bali yang sebagian besar menggantungkan hidup dan usahanya dari kedatangan wisatawan mancanegara sudah sangat berpengalaman dalam menangani dan mengatasi berbagai kesulitan, maka BALI sebagai pintu gerbang utama masuknya wisatawan mancanegara seyogyanya harus diprioritaskan untuk segera dibuka border nya. Para penggiat usaha pariwisata di Bali sudah melakukan berbagai cara dan upaya (mis. CHSE) agar Bali menjadi green zone. Perlahan namun pasti setelah Bali dibuka, secara berangsur-angsur provinsi dan DTW lainnya di Indonesia akan menyusul.
Sambil menunggu saat dimana Indonesia sudah menjadi green zone bagi wisatawan mancanegara, para BPW yang masih ‘hidup’ secara aktif tetap melakukan hubungan bisnis dengan seluruh mitra kerjanya di luar negeri dengan memanfaatkan teknologi informasi kekinian, sehingga pada saatnya nanti sudah siap menangani kembali kedatangan para tamunya yang datang dari berbagai penjuru dunia.
(*) Matrasnews.com / Ac