Matrasnews.com – Dari dulu sampai sekarang, kebiasaan ngopi sambil nongkrong dengan sesekali bersenda gurau menjadi budaya masyarakat kita. Tidak hanya masyarakat di perkotaan yang notabene butuh akan bersosialisasi di kedai kopi, masyarakat yang tinggal di desa juga deserve hal tersebut. Hal ini sebenarnya merupakan sinyal untuk kita yang peka akan potensi bisnis atau peluang usaha di desa. Jangan khawatir soal “laku enggak ya”, karena bisnis warung kopi akan selalu memiliki penikmatnya sendiri.
Membuka warkop atau warung kopi di desa jangan bayangkan seperti membuka coffee shop dengan etalase kaca bening dan menu kopi seharga minimal Rp. 30.000 secangkirnya ya. Meskipun hal tersebut memungkinkan, namun terlalu riskan jika membuka coffee shop semacam itu di desa. Namun sah-sah saja dicoba, jika memang memiliki kemampuan untuk membuka coffee shop atau warkop modern tersebut di desa. Sebenarnya esensi warkop dan coffee shop itu sama bukan? Sama-sama menjual kopi dan menyediakan tempat “nongkrong” bagi mereka yang butuh “tempat”. Namun dengan menggunakan nama warkop dan coffee shop akan terlihat jauh sekali perbedaannya.
Untuk peluang usaha di desa, kita perlu menyesuaikan dengan kondisi masyarakat di sana. Jadi begini, ada sedikit perbedaan masyarakat kota dan pedesaan. Masyarakat kota dapat dikatakan cenderung lebih konsumtif ketimbang masyarakat desa. Hal ini bukan tanpa sebab ya, masyarakat kota cenderung sudah lelah dengan kesibukan bekerja sehingga membuat mereka terlalu lelah untuk melakukan aktifitas lain.
Dengan pendapatan yang juga lebih tinggi, mereka bebas menggunakannya untuk menyalurkan hasrat konsumtif, oleh karenanya membuka coffee shop dengan harga menu yang tinggi pun bukan menjadi masalah. Malahan, terkadang mereka sengaja untuk pergi ke coffee shop mahal guna mendapatkan pengakuan sosial. Hal ini sedikit berbeda dengan masyarakat di desa. Di desa, pergi ke warkop merupakan satu hal yang biasa dilakukan juga sebenarnya, namun bukan sebagai bentuk penyaluran hasrat konsumtif mereka namun lebih kepada kebutuhan untuk bersosialisasi, bukan untuk bermedia sosial.
Hal ini yang perlu menjadi perhatian kita dalam membuka bisnis warkop. Oleh karenanya, dalam membuka warkop pun, kita sebenarnya tidak perlu mengeluarkan modal yang besar. Beberapa kebutuhan yang mungkin akan masuk.
Dengan uang Rp. 5.000.000 saja kita sudah bisa membuka bisnsi warkop atau warung kopi. Rincian biaya di atas dapat lebih kita hemat lagi jika sudah memiliki peralatan seperti kompor, panji, wajan dan lain sebagainya. Rincian biaya atau estimasi biaya di atas merupakan asumsi pengeluaran jika “semuanya beli baru”.
Namun, rincian biaya di atas masih belum termasuk biaya sewa lahan atau tempat ya. Perkiraan sewa lahan atau tempat dapat beragam, jika kita membuka di emperan toko, perkiraan biaya yang akan kita keluarkan lebih sedikit, namun semua itu bergantung lokasi. Semakin strategis letak usaha Anda, semakin mahal biaya sewa yang perlu anda keluarkan, tentu anda sudah mengetahui hal tersebut bukan.
(*)Matrasnews.com , berdesacom