MatrasNews, Jakarta – Stabilitas sektor perbankan semakin menjadi fondasi utama dalam menjaga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global. Sektor ini diharapkan mampu menjadi motor penggerak aktivitas ekonomi melalui penyaluran kredit, pengelolaan risiko, dan menjaga kepercayaan masyarakat.
Ketahanan sektor perbankan hingga pertengahan 2025 menunjukkan tren positif. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengungkapkan, rasio kecukupan modal (CAR) perbankan berada pada level tinggi 25,81% dan rasio kredit bermasalah (NPL gross) terjaga di angka 2,22%. “Ketahanan perbankan tetap kuat dan menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat,” ujar Dian, Kamis (28/8).
Dari sisi intermediasi, kredit tumbuh 7,77% (yoy) per Juni 2025 menjadi Rp8.059,79 triliun. Pertumbuhan tertinggi berasal dari kredit investasi (12,53% yoy), diikuti kredit konsumsi (8,49% yoy). Sektor pertambangan, jasa, dan transportasi menjadi penyumbang pertumbuhan kredit tertinggi dengan capaian di atas 17%.
Di sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 6,96% (yoy) menjadi Rp9.329 triliun, menunjukkan kepercayaan masyarakat yang masih baik. Likuiditas sektor juga tetap sehat dengan rasio LCR di level 199,04%.
Untuk terus memperkuat stabilitas, kolaborasi antara Bank Indonesia, OJK, dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terus ditingkatkan. Anggota Dewan Komisioner LPS, Didik Madiyono, menegaskan kembali peran LPS dalam menjamin simpanan masyarakat. “LPS kaya, asetnya Rp250 triliun. Kalau jamin simpanan bapak-bapak semua, mampulah,” tegasnya.
Meski optimisme terjaga, tantangan seperti gejolak nilai tukar dan tekanan suku bunga global masih harus diwaspadai. Stabilitas perbankan yang terjaga diyakini akan mendorong kepercayaan investor, mendukung sektor riil, dan mempercepat pencapaian target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,4% pada 2025.









