MatrasNews, Jakarta – Alfian Umarella, aktor dalam pementasan panggung yang dimainkan oleh Mata Art Community dengan judul, Peot-Peot, adalah sebuah pertunjukan yang menggugat batas, antara tubuh, kuasa (power) dan arti kebebasan yang bernafaskan natural (alam).
Peot-Peot, sebuah pertunjukan yang dikemas dengan gaya puitis, absurd (menggelikan) dan merambah penuh kejutan.
Seni panggung dengan bahasa “ucap” (mengucap-percakapan), Peot- Peot, adalah, sebuah karya yang diadaptasi oleh Nathaniel Hawthorne.
Peot-Peot sebuah ceritera yang di tulis oleh Vredi Kastam Marta, dan Ucdep sebagai Sutradara untuk pertunjukan yang menggelikan ini.
Dalam percakapan pendek, Alfian Umarella mengatakan kepada matrasnews.com di Kawasan Rasuna Said, Kuningan Jakarta Selatan, Kamis, (23 /10-2025), bahwa gambaran umum, tentang isi dan alur cerita Peot-Peot, menggugah penonton memahami pertunjukan yang akan dimainkan oleh Mata Art Community.
Menurut Alfian Umarella, Peot-Peot adalah Dekontstruksi, hasil ceritera, Mata Art Community, “membongkar konsep”, Karya” Nathaniel Hawthorne yang disadur oleh Vredi Kastam Marta.
Artinya, ungkap Alfian Umarella, sebuah Dekonstruksi pertunjukan yang diperankan oleh Zubir Mustaqim, sebagai Dokter Baron, Kartika sebagai Haki, Marlina sebagai Marcella, Benibo sebagai Arif, Antoni sebagai Yusuf, dan Alfian Umarella sebagai Hartoko.
Pertunjukan Dekonstruksi, Mata Art Community dengan judul Peot-Peot ini, mengisahkan Dokter Baron yang memiliki ilmu pengetahuan dibidang medis.
Namun pada akhirnya, ketidak percayaan Dokter Baron terhadap dunia medis itu sendiri.
Disatu sisi, tutur Alfian Umarella, Dokter Baron juga berhadapan dengan sejumlah kasus, tentang praktek dunia medis.
Dimana Dokter Baron tidak lagi percaya dengan perilaku “ekstrim” yang dipertontonkan negara, akibat “permainan kotor” dengan beragam spekulatif yang meng-atas-namakan ilmu medis.
Realitanya, adalah apa yang dilakukan negara, terkait ilmu medis, sangat bertentangan dengan ilmu medis yang didapatkan selama ini.
Lebih lanjut, Alfian Umarella mengatakan, bahwa seni pertunjukan (Peot-Peot), secara natural, memunculkan “sahwat” penguasa yang menaruh perhatian terhadap dunia supranatural, ketimbang ilmu pengetahuan sains, dan teknologi saat ini.
Penguasa, dalam cerita yang disadur Vredi Kastam Marta, adalah mereka yang gandrung dan percaya terhadap non medis. Seakan-akan, metode supranatural lebih unggul dari sains.
Namun kepercayaan terhadap terhadap supranatural tersebut, hanyalah menemui jalan absurditas (ketidaklogisan) belaka.
Penguasa dengan pola agitasi (propaganda), dikisahkan dalam pertunjukan Peot-Peot ini, mengesampingkan sains medis.
Dalam konteks Teater, bahwa Nathaniel Hawthorne menggambarkan masyarakat dalam beberapa sub kelompok sosial (strata).
Kaum Subaltern, mereka adalah kelompok sosial kelas bawah, maka secara struktural dalam masyarakat, kelompok ini tidak mendapat ruang dan tempat dihati penguasa.
Kaum Subaltern atau kaum marginal ini, sering kali tidak memiliki akses yang sama, terhadap sumber daya, dan mereka tidak diberikan kesempatan seperti kelompok dominan lainnya.
Alfian Umarella, menambahkan, bahwa dalam kajian Sosiologi, di era kolonial, kaum Subaltern adalah kelompok yang terpinggirkan (baca-perbudakan – red), seperti kelas pekerja (kaum buruh pekerjaan industri), kelompok etnis minoritas, kaum perempuan yang diperbudak (diperjual-belikan) oleh majikan, masyarakat adat atau suku pedalaman, maupun kelompok marginal lainnya.
Pementasan Peot-Peot, ungkap Alfian Umarella, juga mengisahkan secara ringkas, pergolakan antar kelas, maupun “kebengisan” kaum kapitalis modern yang bersekongkol dengan tirani (kekuasaan).
Alkisah, Sedikit Tentang: Alfian Umarella
Alfian Umarella, lahir pada 17 September 1994 anak dari Arsyad Umarella dan Siti Asna Hunusalela, asal Desa Tulehu, Ambon Maluku.
Anak ketiga dari 4 bersaudara ini, sangat “gandrung” akan dunia Teater sejak masih Mahasiswa ( 2014). Tepatnya di Universitas Dharma Persada ( UNSADA), Jakarta.
Beberapa pertunjukan Teater yang pernah dibintanginya, antara lain: Alif Monolog, Kota Tak Berhenti Bernyanyi, Orang-Orang Tikungan, Jalan, Pengali Intan, “Reportoar Kaum Sabuk Colek”, Si Manis Jembatan Ancol, Umang-Umang, Res-Resan Jakarta, dan Sumur Tanpa Dasar. Nyong Ambon, asal Negeri ( Desa) Tulehu ini, mempunyai sejumlah pengalaman di dunia Teater.
Dia, memiliki bakat Acting (peran), dan mampu membuktikan dirinya, sebagai pemain Teater yang cukup berbakat dibidangnya. Tantangan yang dihadapi, Alfian Umarella, sangatlah beragam.
Dia menuturkan, bahwa kompetisi antar club Teater di Jakarta, membuatnya untuk terus berkarya, meskipun Dia mengakui, pengorbanan waktu, pikiran bahkan tenaga dan materi sekalipun. Asalkan cita- citanya itu bisa terlaksana.
Dunia Teater baginya adalah: “ladang” pencari bakat. Teater juga merupakan medium yang unik, karena dari seni pertunjukan inilah, dapat menawarkan dua daya tarik, akunya.
Daya tarik pertama adalah: bahwa Teater menawarkan esensi ruang dan waktu, agar Kita bisa survive menghidupkan kompleksitas karakter manusia secara mendasar.
Alfian mengungkapkan, bahwa Dia terus aktif dalam dunia seni peran (Teater). Tantangan yang dihadapinya itu, adalah: bagian dari proses pembentukan karakter.
Oleh karena itu Dia siap menghadapi tantangan yang datang, silih berganti dalam kariernya sebagai peran utama. Dengan begitu, pertunjukan Peot-Peot yang akan di Gedung Kesenian Jakarta, Pasar Baru, Jakarta Pusat pada 26 Oktober ini, merupakan rangkaian kegiatan Festival Teater Jakarta, 2025.
Cek Berita lain di Google News









