MatrasNews, Jakarta – Suasana penuh energi dan optimisme mewarnai panggung Climate Impact Innovations Challenge (CIIC) 2025 di Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2025, Sabtu (11/10/2025). Sembilan finalis muda dari berbagai negara unjuk gigi dengan inovasi teknologi hijau untuk menjawab tantangan krisis iklim.
Kompetisi yang merupakan kolaborasi East Ventures dan Temasek Foundation ini menjadi bukti transisi hijau telah menjadi arena baru bagi karir dan bisnis masa depan. Avina Sugiarto, Partner di East Ventures, menegaskan komitmen CIIC sebagai platform pendorong inovasi berdampak sejak didirikan pada 2023.
“Komitmen ini telah melahirkan berbagai proyek yang kini memasuki tahap implementasi,” ujarnya.
Tahun ini, CIIC mencatat rekor hampir 500 proposal dari lebih 50 negara. Sembilan tim terbaik memperebutkan hibah senilai lebih dari Rp10 miliar. Heng Li Lang, Head of Climate and Liveability Temasek Foundation, menekankan CIIC sebagai launchpad global bagi startup iklim.
Dua startup Indonesia yang menjadi sorotan adalah Rekosistem dengan teknologi RekoFuel yang mengubah sampah menjadi energi bersih, dan Arukah yang memanfaatkan limbah pertanian menjadi biochar bernilai ekonomi. Model bisnis Arukah inklusif, dengan membagikan 50 persen keuntungan karbon langsung kepada petani.
Cetak Talenta Hijau di Era Kecerdasan Buatan
Di panggung utama ISF, diskusi panel membahas tantangan mencetak jutaan talenta hijau di era AI. Dino Patti Djalal, Pendiri FPCI, membuka diskusi dengan menekankan bahwa negara pemenang masa depan adalah yang mampu menyiapkan kemampuan dan pola pikir rakyatnya.
Spencer Low, Head of Regional Sustainability Google Asia-Pacific, menyoroti inisiatif seperti Bangkit Academy untuk melatih talenta digital Indonesia yang tak hanya siap kerja, tapi juga menciptakan solusi.
Pesan yang menggema dari panggung CIIC dan ISF 2025 jelas: transisi hijau adalah peluatan besar untuk berinovasi dan membangun ekonomi baru. Anak muda bukan hanya penerus, melainkan pencipta masa depan yang berkelanjutan.
