Matras News, Bekasi — Ketua Laskar Merah Putih (LMP) Kota Bekasi, Jony Santoso, menilai rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Bekasi sangat memprihatinkan dan berpotensi merusak kualitas demokrasi.
Menurut Jony, salah satu faktor utama yang mempengaruhi rendahnya antusiasme pemilih adalah maraknya praktik politik uang atau money politics yang terjadi di tengah masyarakat.
“Fenomena pragmatisme ini sangat terlihat. Banyak masyarakat yang datang ke TPS hanya jika ada uang, dan jika tidak ada, mereka merasa tidak perlu datang dan buang-buang waktu.
Ini jelas mencerminkan kualitas demokrasi kita yang semakin menurun,” ujar Jony Santoso saat memberikan komentar dalam sebuah konferensi pers di Bekasi, Rabu (29/11).
Jony menilai bahwa masyarakat yang terjebak dalam politik uang cenderung tidak mempertimbangkan visi misi calon pemimpin, melainkan lebih tertarik pada keuntungan pribadi yang bisa didapat.
Hal ini, menurutnya, membuat Pilkada Kota Bekasi menjadi kurang bermakna dan jauh dari esensi sebenarnya sebagai sarana untuk memilih pemimpin yang berkualitas dan berintegritas.
Lebih lanjut, Jony menegaskan bahwa meskipun praktik politik uang sulit diberantas secara instan, semua pihak harus menyadari bahwa jabatan politik yang dimenangkan oleh kekuatan politik uang hanya akan menguntungkan pihak-pihak tertentu dengan kepentingan pribadi.
“Ketika sebuah jabatan politik dimenangkan dengan mengandalkan politik uang, yang terjadi adalah masuknya orang-orang yang lebih mementingkan keuntungan pribadi atau kelompoknya.
Mereka tidak akan fokus pada kepentingan rakyat, melainkan pada upaya memperkaya diri atau kelompoknya,” jelas Jony.
Menurutnya, pemimpin yang terpilih melalui politik uang cenderung akan lebih berfokus pada membayar kembali dukungan yang mereka terima selama kampanye, alih-alih bekerja untuk kepentingan umum.
“Ini akan mengarah pada kebijakan yang lebih berorientasi pada kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, bukan pada kemajuan dan kesejahteraan rakyat,” tambahnya.
Jony juga mengkritisi rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai forum diskusi politik, baik offline maupun di media sosial, yang semakin memperburuk suasana politik di Kota Bekasi.
“Apatisme masyarakat sangat jelas terlihat, bahkan di media sosial yang seharusnya menjadi wadah untuk berdiskusi dan bertukar ide.
Sebagian besar hanya mengikuti perkembangan Pilkada sekadarnya, tanpa memiliki pemahaman yang mendalam tentang siapa yang mereka pilih,” lanjutnya.
Sebagai langkah lanjut, Jony mengimbau agar pendidikan politik yang lebih mendalam diberikan kepada masyarakat agar mereka lebih memahami esensi dari pemilihan umum sebagai sarana untuk memilih pemimpin yang dapat membawa perubahan positif bagi Kota Bekasi.
“Masyarakat harus sadar bahwa memilih pemimpin tidak bisa hanya berdasarkan iming-iming materi, tetapi harus berdasarkan visi, misi, dan rekam jejak yang jelas dalam memperjuangkan kepentingan bersama,” tegasnya.
Jony Santoso berharap ke depannya masyarakat bisa lebih aktif dan kritis dalam berpartisipasi dalam proses demokrasi.
“Kami di Laskar Merah Putih mendesak agar masyarakat lebih peduli dan terlibat dalam memilih pemimpin yang benar-benar berintegritas, bukan yang hanya bermain dengan politik uang.
Hanya dengan partisipasi yang penuh, kita bisa memastikan Pilkada yang berjalan lebih demokratis dan berorientasi pada kemajuan kota,” tutupnya.