MatrasNews, Jakarta – Program Sekolah Rakyat, gagasan Presiden Prabowo Subianto untuk memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan, resmi dimulai hari ini dengan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Program ini menjadi salah satu prioritas pemerintah dalam menyiapkan SDM tangguh menuju Indonesia Emas 2045.
“Sekolah Rakyat adalah implementasi Asta Cita keempat Presiden Prabowo. Beliau memahami bahwa pendidikan adalah kunci mengentaskan kemiskinan. Jangan sampai kemiskinan menjadi warisan turun-temurun,” tegas Adita Irawati, Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Minggu (13/7/2025).
Sekolah Rakyat merupakan sekolah gratis berasrama khusus bagi anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem, terutama yang masuk dalam desil 1 Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) BPS.
Meski sekolah negeri sudah gratis, biaya transportasi, seragam, uang jajan, dan perlengkapan sekolah tetap menjadi beban berat bagi keluarga miskin. “Banyak yang kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi menyekolahkan anak,” ujar Adita.
Berdasarkan data BPS (2025), 24,06 juta penduduk miskin (8,57% populasi), dengan 3,17 juta masuk kategori miskin ekstrem. Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/SMK pada keluarga termiskin (kuintil 1) hanya 74,45%, jauh di bawah kelompok terkaya (kuintil 5) yang mencapai 97,37%. 19,20% remaja usia 16-18 tahun tidak bersekolah, dengan 76% penyebabnya adalah faktor ekonomi.
Sementara data Kemendikbudristek (2022) juga mencatat angka putus sekolah di SMP (1,12%) dan SMA (1,19%) masih tinggi.
Melalui Sekolah Rakyat, negara menanggung seluruh kebutuhan siswa, termasuk tempat tinggal, makan, dan pendidikan berkualitas. Program ini juga dirancang untuk memetakan bakat siswa dan memberikan keterampilan hidup, agar lulusannya siap bekerja atau berwirausaha.
“Presiden Prabowo memastikan Sekolah Rakyat harus tepat sasaran, dilaksanakan dengan benar, dan benar-benar mencapai tujuannya. Siswanya harus menjadi generasi yang berkontribusi untuk Indonesia Emas 2045,” tegas Adita.
Program ini diharapkan menjadi game changer dalam mengurangi kesenjangan pendidikan dan menciptakan generasi unggul yang mampu meningkatkan taraf hidup keluarga maupun komunitasnya.









